Teori Dasar :
Kegelisahan berasal dari kata gelisah,
yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak
tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan menipakan hal yang
menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa
kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam
kecemasan.
Kegelisahan hanya
dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang
dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya
lain dari biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir dalam ruang
tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke depan sambil
mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepalanya;
duduk dengan wajah munmg atau sayu, malas bicara; dan lain-lain.
Kegelisahan
menipakan salah satu elcspirsi dari kecemasan. Karena itu dalam
kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan,
kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan
berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat
disebutkan, behwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang
diinginkan tidak tecapai.
Artikel :
Kegelisahan dan Ketakutan Manusia
Kehidupan manusia sekarang ini semakin maju, didukung dengan
teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas
dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap
aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa
serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari
tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang
senantiasa harus dilakukan untuk mencapai 'tujuan hidup', tanpa
menyampingkan hal lain, seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya
terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang
akan didapat di masa yang akan datang.
Di balik itu semua, secara
jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah kadang
Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja?
Kalau jawabannya 'ya', jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar
dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian
menghampirinya.
Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu
kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup
bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa
susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk
menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan
senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk
dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan
kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan
kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan
kebijaksanaan.
Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya
dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita
melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan
keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam
menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu
kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun
yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan
khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
Sang
Buddha bersabda, "Di mana pun rasa ketakutan muncul, ia hanya akan
muncul pada orang yang bodoh, tidak pada orang yang bijaksana."
Ketakutan tidaklah lebih dari keadaan pikiran yang dapat menjadi subyek
untuk mengendalikan dan memimpin, penyalahgunaan pikiranlah yang
menghasilkan ketakutan, penggunaan yang benar akan mewujudkan harapan
dan cita-cita dan dalam hal ini pikiran sepenuhnya tergantung pada diri
kira sendiri.
Ada pepatah yang berbunyi, "Alam telah
menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali
satu hal, yaitu pikiran." Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan
tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam
bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan
dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak
berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika
berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.
Seorang
ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya
tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah,
"Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain." Murid tersebut
merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan,
"Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang
sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu
saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa
mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam
pikiran pada waktu yang sama."
Hal-hal berikut bisa kita sadari
dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak
memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran
kita:
- Jangan bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai
dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan
jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat
sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca
buku-buku yang bernilai. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk
melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga
merupakan makhluk beragama, sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban
agama, seperti membaca parita suci.
- Kenalilah lingkunganmu.
Kita
tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti
mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial ekonominya berbeda
dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui bagaimana
rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat rasa
toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian,
sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena
itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan
merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup
dalam keadaan mewah.
- Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha
mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah,
egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka
akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari
kegelisahan itu adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang
menyebabkannya. Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi
dikuasai oleh kesenangan itu.
- Waktu akan menyelesaikan masalah.
Apa
pun kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan
oleh berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya,
jangan menyita waktu kita hanya untuk memikirkan masalah yang
berlarut-larut, lebih baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.
- Kebahagiaan dan materialisme.
Kebahagiaan
tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa
serta ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh
mencari kekayaan, tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara
yang benar, jangan dengan berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha
bersabda, "Diberkatilah mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang
lain."
- Kendalikan pikiran.
Pikiran manusia sangat
mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak
benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan
besar kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal
yang benar yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha
bersabda, "Tidak ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah
yang disebabkan oleh pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati."
- Bertindaklah bijaksana.
Manusia
seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup
berani untuk menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam
mempertahankan kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut
di dalam kemenangan.
- Kerendahan hati.
Kerendahan hati
merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari
perbedaan antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri
memulai kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan
dalam pengungkapan atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak
pernah bernada sombong.
- Jangan menyia-nyiakan waktu.
Dengan
menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri
tetapi juga orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya
dengan waktu yang dimiliki oleh orang lain.
- Kesabaran dan toleransi.
Bersabarlah
terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju
rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar
bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik
kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu menghindari
keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.
-Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
Jangan
berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang
yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga
dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila
kejahatan yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena
jika berbuat demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang
paling baik adalah dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati
kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu
untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak akan
berlanjut.
- Memiliki cinta kasih.
Jagalah diri agar
senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus
tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang
Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak
boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. "Ia yang
mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada seorang
pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi
kelangsungan hidupnya."
- Menghindari makanan dan minuman yang memabukkan.
Alkohol,
obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan
lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan
membedakan antara yang baik dan yang jahat.
- Uruslah urusanmu sendiri.
Sang
Buddha bersabda, "Janganlah engkau memperhatikan kesalahan orang lain
dan hal-hal yang dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang
lain, karena engkau sendiri juga mempunyai kewajibanmu sendiri yang
dilaksanakan maupun dilalaikan." Selain itu, Beliau juga bersabda, "Ia
yang senantiasa mengamati kesalahan orang lain dan senantiasa lekas
marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah, ia akan jauh dari
penghancuran kekotoran batin." Janganlah berhenti berbuat baik hanya
karena dikritik, justru itu merupakan kesempatan baik untuk menemukan
kelemahan yang tidak dapat ditemukan sendiri. Sebaliknya jika ingin
mengkritik orang lain, lakukanlah dengan benar, jangan menambah musuh
hanya karena mengkritik orang lain. "Tak pernah ada dan tidak akan
pernah ada, sekarang pun tidak, bahwa seseorang terus-menerus dicela
sepenuhnya, atau terus-menerus dipuji."
- Jangan cemas.
Rahasia
kebahagiaan dan keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang
patut untuk dilaksanakan sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu
dan yang akan datang. Jangan cemas hanya karena memikirkan masa depan
dan jangan habiskan waktu hanya untuk menyesali hal yang telah berlalu.
- Tonggak keberhasilan.
Kegagalan
merupakan tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun
kita ke arah keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah
menghargai kemenangan.
- Akhir yang damai.
Orang seringkali
mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa
untuk ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita.
Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan
ketakutan akan kematian. Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit
atau kecelakaan akan menghabisi hidupnya. Tidak ada orang yang dapat
hidup bahagia dalam badai ketakutan seperti ini. Hal ini dapat diatasi
dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain
dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban dan tugas selama
hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian,
maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan
kebahagiaan nan abadi.
Jika kita senantiasa belajar bagaimana
membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang
baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan
pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran
tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita,
dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.
Sumber :http://rannie-winoni.blogspot.com/2010/01/kegelisahan-dan-ketakutan-manusia.html
Pendapat saya sendiri:
kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang
ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya
jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang
menyebabkan rasa gelisah ini mincul.
Pada hakekatnya sebab-sebab orang gelisah
disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu
usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai
dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa
pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat
kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.